BELAJAR BERSAMA

Perang Saudara ( Civil War ) Amerika, juga dikenal sebagai Perang antara Amerika, atau hanya Perang Saudara, adalah perang sipil yang terjadi pada tahun 1861-1865 antara Amerika Serikat ("Union" atau "Utara") dan beberapa negara bagian Selatan yang telah menyatakan memisahkan diri mereka dan membentuk Amerika Konfederasi Amerika (yang "Konfederasi" atau "Selatan"). Perang ini memiliki asal-usulnya dalam masalah perbudakan, dan, setelah empat tahun pertempuran berdarah (terutama di Selatan), Konfederasi dikalahkan, perbudakan dihapuskan, dan proses rekonstruksi yang sulit untuk memulihkan persatuan dan usaha menjamin hak atas pembebaskan dari perbudakan pun dimulai.

Pemerintahan Bani Ahmar di Granada itu senantiasa dalam kejayaan dan kekuatannya, sampai timbul persengketaan di antara raja-rajanya karena berebut kekuasaan. Sementara itu raja-raja Spanyol selalu berusaha mempersatukan rakyatnya. Dan setelah kekuatan mereka bertambah besar, yang disebabkan oleh persatuan antara kerajaan Aragon dan Kastilia, sesudah perkawinan raja Ferdinand dari Aragon dengan ratu Isabella Kastilia, dapatlah mereka menaklukkan Granada pada tahun 1492 Masehi. Dengan kejatuhan kota Granada itu, berakhirlah kekuasaan kaum muslimin di Andalusia, setelah memerintah di sana selama delapan abad lamanya.

Peperangan Tours yang terjadi pada tahun 730 masehi dipandang merupakan sebuah peperangan yang sehebat-hebatnya dalam sejarah, karena jika pasukan Islam menang dalam pertempuran ini, niscaya Eropa akan jatuh ke tangan pasukan Islam dan meratalah tersiar agama Islam di benua ini. Ketika itu Hertog Aquitania meminta bantuan kepada raja Frank, untuk mengusir orang Arab dari negerinya. Permintaan Hertog ini dikabulkan oleh karel Martel, raja dan panglima bangsa Frank yang masyhur itu. Dan akhirnya di suatu tempat dekat Poiters, berhadapanlah pasukan Karel dengan pasukan Abdur Rahman. Di tempat itu terjadilah pertempuran yang sehebat-hebatya antara kedua belah pihak yang terkenal dalam sejarah dengan nama Peperangan Tours (Perang dekat Poiters). Pertempuran yang amat dahsyat terjadi berturut-turut delapan hari lamanya. Dan pada hari yang kesembilan pasukan Islam menyerbu sederas-derasnya mendorong pasukan Karel, sehingga mereka hampir beroleh kemenangan besar. Akan tetapi di saat yang penting dan genting itu terjadilah antara riuh dan gaduh dalam pasukan Islam, menyorakkan bahwa harta rampasan mereka telah dirampas pasukan Karel. Mendengar itu mereka berpaling ke belakang henak memperlindungi harta itu dan barisan merekapun kacau balau. Dan pada saat itu pula panglima Abdur Rahman gugur terkena panah, yang melemahkan tenaga pasukan Islam, serta para perwira-perwiranya tidak pula dapat sekata tentang apa yang harus mereka lakukan. Akhirnya mereka terpaksa mundur di tengah malam yang amat gelap dengan tiada diketahui oleh pasukan Karel. Panglima Karel Martel juga tidak mengejar pasukan Islam yang mundur itu, karena ia takut kalau-kalau kemunduran itu merupakan tipu muslihat untuk menghancurkan pasukannya. 

Pada tahun 336 SM, Filipus, raja Masedonia meninggal. Putera Mahkota yang baru berumur 20 tahun, Iskandar atau Alexander, segera menggantikannya. Cita-cita Iskandar adalah menaklukan kerajaan Prasi atau Persia. Itu pun merupakan keinginan ayahnya. Iskandar pun sudah dipersiapkan untuk melanjutkan cita-cita ayahnya itu. Iskandar memimpin penyeberangan pasukannya pada tahun 334 SM, ketika melintasi Selat Bosporus. Perjumpaan pertama dengan pasukan Darius III, raja Persia, adalah di Granikus, dan kemudian Issus. Kedua kota itu terletak di pantai barat Asia Minor. Kemudian terjadi lagi pertempuran di Gordium. Tanpa rintangan yang berati pasukan Iskandar berhasil menceari-beraikan tentara Persia, yang sebagian terbesar terdiri dari pasukan berkuda. Ada pula pasukan gajah. Kemudian dua pelabuhan di Funisia, yaitu Sidon dan Tirus, yang masih setia kepada Darius III dikepung pasukan Masedonia. Meskipun bertahan cukup lama, namun kedua kota itupun akhirnya menyerah juga. Rakyat Mesir tidak memberikan perlawanan, bahkan menyambut pasukan Iskandar Zulkarnain sebagai pembebas dari penjajahan Persia.