Posted by : Uchiha sasukeee
Sunday, 5 May 2013
Tri
Koro Dharmo
Organisasi kepemudaan yang muncul ialah Tri
Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia), yang didirikan oleh R. Satiman Wiryo Sandjojo,
Kadarman, dan Sunardi pada 7 Maret 1915 di Jakarta. Tujuan didirikannya Tri
Koro Dharmo ialah menghimpun para pemuda Jawa agar bersatu berjuang mewujudkan
kemerdekaan Indonesia.
Asas perjuangan Tri Koro Dharmo antara lain:
1. Menimbulkan
pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, kursus
perguruan sekolah guru, dan sekolah kejuruan.
2. Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya
3. Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat
segala bahasa dan budaya Indonesia, khususnya Jawa.
Karena sifatnya yang Jawa sentris, Tri Koro
Dharmo kurang dapat berkembang. Dalam kongres yang diadakn di Solo (1918), nama
Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong
Java. Perubahan ini dimaksudkan untuk menghendari terjadinya perpecahan
diantara para anggota Tri Koro Dharmo . Berdirinya Jong Java ini mengilhami
lahirnya organisasi-organisasi kepemudaan daerah yang lainnya di Indonesia,
seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Minahasa, dan sebagainya.
Jong
Sumatranen Bond
Organisasi ini didirikan pada tanggal 9
Desember 1917 di Gedung Volkslecture Jakarta oleh pemuda-pemuda Sumatera yang
ada di Jakarta. Tujuannya adalah untuk memperkokoh hubungan antarpelajar asal
Sumatera di Jakarta. Melalui keberadaan organisasi kepemudaan ini lahir
kesadaran bahwa nantinya mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.
Dalam perkermbangannya Jong Sumatranen Bond
memiliki banyak anggota yang tersebr di kota-kota lain seperti Bogor, Bandung,
Serang , Sukabumi, Purworejo, Padang, dan Bukittinggi. Dari hasil godokan Jong
Sumatranen Bond inilah lahir pemimpin bangsa seperti Muhammad Yamin dan
Muhammad Hatta.
Jong
Ambon
Organisasi yang terbentuk adalah Wihelmina,
Ambonsch Studifonds, dan Ambon Bons. Orang Ambon di luar Ambon mendirikan
Sarekat Ambon. Pimpinannya yang terkenal adalah A.J. Patiy.
Jong
Minahasa dan Celebes
Pada tahun 1919 berdiri organisasi Jong
Minahasa dan Jong Celebes. Kedua organisasi ini tidak begiru besar, tetapi
pendiria organisasi ini muncul seorang tokoh muda Minahasa yang terkenal yaitu
Sam Ratulangi.
Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
Semakin banyaknya
organisasi kepemudaan yang berdiri pada masa kebangkiatn nasional, mengilhami
para mahasiswa di Bandung membentuk Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
(PPPI) pada tahun 1925. anggota-anggotanya berdiri atas para pelajar yang
berada di Bandung dan Jakarta,
Tujuan PPPI ialah
menghimpun para pelajar di Bandung dan Jakarta untuk bersama-sama memerdekakan
tanah air Indonesia.
Jong
Indonesia
Jong Indonesia berdiri
di Bandung pada tahun 1927. organisasi ini sebenarnya merupakan perkumpulan
dari organisasi-organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia. Tujuan dibentuknya
Jong Indonesia ialah menyatukan seluruh pemuda Indonesia organisasi inilah yang
memelopori penyelenggaraan Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda.
Periode
Nasionalisme Radikal
Pada tahap ini, pergerakan nasional
Indonesia secara jelas mencantumkan tujuan untuk mencapai keerdekaan.
Perlawanan terhadap penjajah Belanda pun dilakukan demi kemerdekaan. Beberapa
organisasi pergerakan kebangsaan yang berdiri antara lain:
Perhimpunan Indonesia
Pada 1908, para pemuda Indonesia di negeri
Belanda seperti Sutan Kesayangan dan R.N. Noto Suroto mendirikan perkumpulan
bernama Indische Vereninging bersifat sosial dengan tujuan awal untuk
mensejahterakan para anggotanya yang berada di Belanda. Kedatangan Suwardi
Suryaningrat dan kawan-kawannya ke negeri Belanda membawa pengaruh besar
terhadap perkembangan perkumpulan ini. Terlebih setelah berakhirnya Perang
Dunia I, perasaan antikolonialisme dan anti-imperialisme di kalangan pimpinan
Indische Vereninging makin menonjol.
Perubahan pandangan pemikiran para pimpinan
dan anggota Indische Vereninging itu akhirnya membawa perubahan nama
perkumpulan tersebut. Aktivitas ke arah politik semakin meningkat setelah
bergabungnya Ahmad Subardjo dan Mohammad Hatta. Pada 1922 Indische Vereninging
diganti menjadi Indonesische Vereninging. Sejak 1925 perkumpulan ini lebih
dikenal dengan Perhimpunan Indonesia (PI) dengan ini PI telah menjadikan nama
“Indonesia” sebagai simbol perjuangan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Maret 1923 disebutkan dalam majalah Hindia Poetra bahwa azas PI adalah
“mengusahakan pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggungjawab hanya kepada
rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian itu hanya dapat dicapai
oleh orang Indonesia sendiri bukan dengan pertolongan siapa pun juga; bahwa
segala jenis perpecahan tenaga haruslah dihindarkan, supaya tujuan itu lekas
tercapai”.
Kegiatan PI di dunia Internasional ini
akhirnya menimbulkan reaksi keras dari pemerintah Belanda. Pada 10 Juni 1927,
dengan tuduhan menghasut di muka umum untuk memberontak terhadap pemerintah,
empat anggota PI, yaitu M. Hatta, Nazir Pamuntjak, Abdulmadjid Djojodiningrat,
dan Ali Sastroamodjojo ditangkap, dan diadili di Den Haag pada 22 Maret 1928.
Pidato pembelaan M. Hatta yang diucapkan sendiri berjudul “Indonesia Vrij”
(Indonesia Merdeka) berhasil meyakinkan hakim-hakim Belanda, yang ternyata
lebih bebas dari prasangka kolonial. Karena semua tuduhan tidak terbukti M.
Hatta dan kawan-kawan dibebaskan.